Hari ini, tepatnya tgl 24 September 2004, pembantu pulang - mendadak minta pulang ke kampung. Permintaan saya ijinkan, karena alasan keluarga yang memang sangat kuat.
Saat-saat awal ditinggal pembantu memang terasa sulit, apalagi yang memiliki anak kecil seperti kami (umur 13 bulan) apalagi kedua orang tua pergi mencari nafkah. Sebelum dan setelah berangkat kerja kami jadi ada pekerjaan extra dirumah, yang biasanya dilakukan oleh pembantu.
Kita kemudian berpikir bahwa keluarga memang segala-galanya. Bahkan kita bekerjapun karena alasan keluarga juga. Alasan yang kuat demikian ternyata mampu membangkitkan semangat bekerja - dirumah dan dikantor. Was-was memang selalu ada, terutama mengingat sikecil yang hampir selalu tidak mau ditinggal ortunya.
Tapi alhamdulillah, semoga Tuhan selalu menjaga anak kami, sampai saat ini Insya Alloh anak kami masih terawat dengan baik. Kami mendapat kemudahan menemukan perawat anak kami - kebetulan tetannga sendiri. Urusan selanjutnya saya percayakan kepada tetannga kami, dan semoga Tuhan senantiasa membimbing.
Memang niat bekerja penting --
Salam.
Monday, September 27, 2004
Thursday, September 23, 2004
Tilang Polisi
Saat yang kurang baik.
Hari ini, penulis menuai "kecelakaan" yang seharusnya tidak terjadi : kena tilang! Tapi selalu ada pelajaran yang bisa diambil, atau bahkan ada kisah yang menarik untuk disimak berkenaan dengan tilang ini.
Pada umumnya selruh warga negara negeri ini sudah mafhum, bahwa razia polisi dijalan hanyalah sebagai kedok saja untuk mengumpulkan dana. (Walau dana ini bisa aja dijadikan untuk sesuatu tujuan yg baik - bisa jadi..). Jadi bukan sungguh-sungguh untuk mendisiplinkan pemakai jalan.
Seperti yang penulis alami hari ini, karena kebetulan kita punya "koneksi internal" dengan pihak yang melakukan razia, hanya dengan beberapa "dana" urusan menjadi beres. Penulis juga menyadari, betapa ruwetnya urusan, jika harus menempuh prosedur normal. Nah justru alasan inilah yg digunakan pihak perazia untuk "penggalangan dana massal". Sepintas memang menguntungkan kedua belah pihak, namun untuk jangka panjang negeri ini, hal-hal seperti ini akan semakin merunyamkan bangsa ini.
Hikmah kedua yang bisa diambil : percayalah kata hati. Ya..penulis merasa (firasat - suara hati), sebelum menjalankan kendaraan motor, bahwa dijalan X jam Y akan ada razia. Namun penulis berspekulasi, bahwa walaupun akan ada razia penulis bisa lolos - berbekal pengalaman selama ini, bahwa kendaraan penulis selalu "dicuekin" polisi, alias tidak pernah dicegat/diperiksa kelengkapannya saat melewati razia. Tapi karena "kesombongan" ini (atau PD berlebihan??) keadaan ternyata berlainan.
Yo wes lah....
Hari ini, penulis menuai "kecelakaan" yang seharusnya tidak terjadi : kena tilang! Tapi selalu ada pelajaran yang bisa diambil, atau bahkan ada kisah yang menarik untuk disimak berkenaan dengan tilang ini.
Pada umumnya selruh warga negara negeri ini sudah mafhum, bahwa razia polisi dijalan hanyalah sebagai kedok saja untuk mengumpulkan dana. (Walau dana ini bisa aja dijadikan untuk sesuatu tujuan yg baik - bisa jadi..). Jadi bukan sungguh-sungguh untuk mendisiplinkan pemakai jalan.
Seperti yang penulis alami hari ini, karena kebetulan kita punya "koneksi internal" dengan pihak yang melakukan razia, hanya dengan beberapa "dana" urusan menjadi beres. Penulis juga menyadari, betapa ruwetnya urusan, jika harus menempuh prosedur normal. Nah justru alasan inilah yg digunakan pihak perazia untuk "penggalangan dana massal". Sepintas memang menguntungkan kedua belah pihak, namun untuk jangka panjang negeri ini, hal-hal seperti ini akan semakin merunyamkan bangsa ini.
Hikmah kedua yang bisa diambil : percayalah kata hati. Ya..penulis merasa (firasat - suara hati), sebelum menjalankan kendaraan motor, bahwa dijalan X jam Y akan ada razia. Namun penulis berspekulasi, bahwa walaupun akan ada razia penulis bisa lolos - berbekal pengalaman selama ini, bahwa kendaraan penulis selalu "dicuekin" polisi, alias tidak pernah dicegat/diperiksa kelengkapannya saat melewati razia. Tapi karena "kesombongan" ini (atau PD berlebihan??) keadaan ternyata berlainan.
Yo wes lah....
Saturday, September 18, 2004
Keputusan Stratejik
Oleh : Masrakhul amri
Seperti biasa, Umar bin Khaththab tengah duduk bersila di tepi dinding bangunan masjid tempat berkumpulnya para sahabat. Mereka sedang mendiskusikan banyak hal yang menyangkut keagamaan dan kemasyarakatan. Ketika diskusi semakin seru dan menyenangkan, tiba-tiba menyebarlah bau busuk di antara mereka. Dengan tegas Umar berkata, "Aku ingin agar orang yang mengeluarkan bau tidak sedap ini keluar dan berwudhu." Mendengar perkataan itu, orang-orang yang sedang berkumpul di tempat itu saling berpandangan satu sarna lain. Mereka merasa tidak enak dengan perkataan Umar tersebut.
Saat itulah, Jarir bin Abdullah berkata, "Wahai Amirul Mukminin, alangkah baiknya jika kita semua sarna-sarna melakukan wudhu." Agar tidak diketahui siapa yang telah mengeluarkan bau tidak sedap itu. Sehingga, masing-masing dari kita tidak ada yang merasa tidak enak dan merasa malu. Mendengar itu, Umar tersenyum kagum, sambil berkata, "Semoga Allah memberkatimu! Engkau adalah sebaik-baik orang di zaman jahiliyah, dan engkau pun sebaik-baik orang setelah zaman Islam. Usulan Jarir diatas minimal mengandung tiga keputusan stratejik.
Pertama, diantara para sahabat tidak saling mencurigai, kalau misalnya tidak ada yang mengaku.
Kedua, kalau misalnya ada yang mengaku, berarti ada yang merasa malu dan ini melukai perasaannya juga membuat sahabat lain merasa tidak nyaman karena kasihan atau takut juga mengalami kejadian yang sama pada waktu berbeda.
Ketiga, ketika sama-sama berwudhu, maka rasa malu bagi yang mengeluarkan bau busuk (kentut) akan tertutupi sehingga semua sahabat sama-sama merasa nyaman, disamping itu semua sahabat akan mendapat pahalan karena memperbaharui wudhunya.
Kehidupan, memang penuh dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga dan memerlukan keputusan stratejik agar menguntungkan semua pihak dan menyebabkan hidup semakin produktif.
Sahabat .....,Berani hadapi tantangan untuk hidup berkemampuan membuat keputusan stratejik untuk diri dan lingkungan? Bagaimana pendapat sahabat!!!
Masrukhul Amri:Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, Pengasuh acara Hidup Untuk Hidup di 102.7 MQ FM,
Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional,
MBA-Main Bersama Amri di Manajemenqolbu.com,
dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung,
Penulis buku best Seller: 99 Seni Hidup Produktif dan Hidup Untuk Hidup.
Mottonya adalah mari sama sama belajar menjadi yang terbaik
amri@manajemenqolbu.com
Seperti biasa, Umar bin Khaththab tengah duduk bersila di tepi dinding bangunan masjid tempat berkumpulnya para sahabat. Mereka sedang mendiskusikan banyak hal yang menyangkut keagamaan dan kemasyarakatan. Ketika diskusi semakin seru dan menyenangkan, tiba-tiba menyebarlah bau busuk di antara mereka. Dengan tegas Umar berkata, "Aku ingin agar orang yang mengeluarkan bau tidak sedap ini keluar dan berwudhu." Mendengar perkataan itu, orang-orang yang sedang berkumpul di tempat itu saling berpandangan satu sarna lain. Mereka merasa tidak enak dengan perkataan Umar tersebut.
Saat itulah, Jarir bin Abdullah berkata, "Wahai Amirul Mukminin, alangkah baiknya jika kita semua sarna-sarna melakukan wudhu." Agar tidak diketahui siapa yang telah mengeluarkan bau tidak sedap itu. Sehingga, masing-masing dari kita tidak ada yang merasa tidak enak dan merasa malu. Mendengar itu, Umar tersenyum kagum, sambil berkata, "Semoga Allah memberkatimu! Engkau adalah sebaik-baik orang di zaman jahiliyah, dan engkau pun sebaik-baik orang setelah zaman Islam. Usulan Jarir diatas minimal mengandung tiga keputusan stratejik.
Pertama, diantara para sahabat tidak saling mencurigai, kalau misalnya tidak ada yang mengaku.
Kedua, kalau misalnya ada yang mengaku, berarti ada yang merasa malu dan ini melukai perasaannya juga membuat sahabat lain merasa tidak nyaman karena kasihan atau takut juga mengalami kejadian yang sama pada waktu berbeda.
Ketiga, ketika sama-sama berwudhu, maka rasa malu bagi yang mengeluarkan bau busuk (kentut) akan tertutupi sehingga semua sahabat sama-sama merasa nyaman, disamping itu semua sahabat akan mendapat pahalan karena memperbaharui wudhunya.
Kehidupan, memang penuh dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga dan memerlukan keputusan stratejik agar menguntungkan semua pihak dan menyebabkan hidup semakin produktif.
Sahabat .....,Berani hadapi tantangan untuk hidup berkemampuan membuat keputusan stratejik untuk diri dan lingkungan? Bagaimana pendapat sahabat!!!
Masrukhul Amri:Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, Pengasuh acara Hidup Untuk Hidup di 102.7 MQ FM,
Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional,
MBA-Main Bersama Amri di Manajemenqolbu.com,
dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung,
Penulis buku best Seller: 99 Seni Hidup Produktif dan Hidup Untuk Hidup.
Mottonya adalah mari sama sama belajar menjadi yang terbaik
amri@manajemenqolbu.com
Friday, September 17, 2004
Nasehat AA Gym mendidik anak
Anak adalah amanat Sang Pencipta pada orang tua, keluarga dan masyarakat. Ia harus dibimbing dan dipelihara sebagai aset masa depan. Wajah masa depan sebuah negeri dapat dilihat dari bagaimana kualitas anak-anak masa kini.
Saudaraku, yang namanya anak tidak sebatas anak kecil saja, tetapi juga remaja bahkan dewasa sepanjang mereka masih menjadi bagian dari tanggung jawab orang tuanya (baca: belum menikah). Permasalahan anak bukan permasalahan sepele karena menyangkut tanggung jawab kepada Allah Swt. sebagai Pemberi Amanah. Allah Swt. menjadikan anak sebagai ujian bagi kedua orang tuanya sekaligus sebagai anugerah penerus keturunan dan tabungan kebaikan manakala orang tuanya sudah meninggal.
Kedudukan anak sebagai ujian terjadi tatkala orang tua harus berhadapan dengan bagaimana cara memperlakukan, membina dan membimbingnya agar ia tumbuh menjadi bagian dari generasi unggul. Keunggulan di sini meliputi keunggulan secara moral, keilmuan serta fisiknya dan tidak menjadi generasi yang hanya membebani orang lain.
Tanggung jawab ini menjadi ladang bagi ibu-bapak dalam menanamkan akhlak yang baik sebagai landasan bertindak dan berprilaku ke depannya. Karena itu, Islam sangat menekankan arti penting hubungan positif antara anak dengan orang tuanya sebelum yang bersangkutan berhubungan baik kepada dirinya sendiri dan orang lain.
Saudaraku, yang namanya anak tidak sebatas anak kecil saja, tetapi juga remaja bahkan dewasa sepanjang mereka masih menjadi bagian dari tanggung jawab orang tuanya (baca: belum menikah). Permasalahan anak bukan permasalahan sepele karena menyangkut tanggung jawab kepada Allah Swt. sebagai Pemberi Amanah. Allah Swt. menjadikan anak sebagai ujian bagi kedua orang tuanya sekaligus sebagai anugerah penerus keturunan dan tabungan kebaikan manakala orang tuanya sudah meninggal.
Kedudukan anak sebagai ujian terjadi tatkala orang tua harus berhadapan dengan bagaimana cara memperlakukan, membina dan membimbingnya agar ia tumbuh menjadi bagian dari generasi unggul. Keunggulan di sini meliputi keunggulan secara moral, keilmuan serta fisiknya dan tidak menjadi generasi yang hanya membebani orang lain.
Tanggung jawab ini menjadi ladang bagi ibu-bapak dalam menanamkan akhlak yang baik sebagai landasan bertindak dan berprilaku ke depannya. Karena itu, Islam sangat menekankan arti penting hubungan positif antara anak dengan orang tuanya sebelum yang bersangkutan berhubungan baik kepada dirinya sendiri dan orang lain.
Manajemen Hati
Sepertinya hati kita harus ditata ulang. Ada nasehat sangat mulia bagaimana menata hati kita. Mari kita simak :
- Dalam sebuah hadits dinyatakan, pada suatu ketika datanglah seseorang kepada Ibnu Ma’ud r.a, sahabat Rasulullah saw, untuk meminta nasihat. Wahai Ibnu Mas’ud, “ujarnya“ "berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram.Jiwaku gelisah dan pikiran pun serasa kusut, makan tak enak, tidur pun tidak nyenyak.”
- Mendengar hal itu, Ibnu Mas’ud kemudian menasehatinya “Kalau penyakit seperti itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang membaca Al Qur’an, kau baca Al Qur’an atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya; atau pergilah ke majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah; atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian berkhalwatlah untuk menyembah-Nya, misalnya di tengah malam buta, ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, memohon ketenangan jiwa, ketentraman pikiran dan kemurnian hati kepada-Nya. Seandainya jiwamu belum terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain karena hati yang kau pakai itu bukanlah hatimu.
Thursday, September 16, 2004
Promosiin Blog & Web
Kayaknya topik promosiin web selalu menarik. Seneng juga jika blog kita dibaca banyak orang. Siapa tahu jadi lahan rejeki :).
Tips mempromosikan blog.
Blogger Knowledge
Tips mempromosikan blog.
Blogger Knowledge
Wednesday, September 15, 2004
Subscribe to:
Posts (Atom)