Serangkaian "kegiatan alam" berlangsung di Indonesia, diantaranya (sepanjang yang aku ketahui) Alor, Nabire, Aceh, Riau, dan beberapa bencana "kecil" lainnya, tanah longsor (kebetulan dekat dengan daerahku) dsb.
Tuhan memberi peringatan kepada kita, Tuhan menguji kita.
Aku tak mampu menulis banyak tentang hal ini.
Tapi ada satu blog menarik di Internet tentang bencana tsunami ini. Silakan klik http://tsunamihelp.blogspot.com/ bagi mereka yang pinter bahasa inggris, sila kasih komentar dsb, kita berharap bencana di Indonesia "tertulis" juga di Blog tersebut. Dan kita berharap ada timbal balik dari dunia.
Subhanalloh,...Maha Besar Engkau ya Alloh Sang Penguasa Alam.
Beberapa gambar yang aku terima :
Banda Aceh 1
Banda Aceh 2
Banda Aceh 3
Phuket
Wednesday, December 29, 2004
Friday, December 10, 2004
Tilang Polisi Model Baru
Berita terbaru di kompas online : Polisi akan menerapkan tilang model baru. Yang merupakan adopsi tilang gaya negara-negara maju (ehm.. negara kita emang belum maju ya). Tilang model baru ini di usulkan oleh Gubernut PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian), dan kabarnya telah di seminarkan di Perguruan Tinggi tersebut. Pada kesempatan tersebut sang Gubernur mengatakan demikian :
"Prinsipnya dalam tilang model baru, bagaimana penegakan hukum bisa dilakukan secara sederhana, cepat dan murah. tidak seperti saat ini yang terlalu panjang sehingga membuat pelanggar lalu lintas mengambil jalan pintas dengan petugas di lapangan," ujar Gubernur PTIK Irjen Farouk Muhammad, disela-sela acara Semiloka.
Ia mengungkapkan model tilang yang berlaku saat ini dianggap terlalu birokratis dan prosesnya panjang sehingga menimbulkan biaya tinggi (costly). Kondisi tersebut kerap memunculkan praktik-praktik korupsi yang dilakukan petugas di lapangan dengan pelanggar lalu lintas dengan istilah yang sering digunakan adalah "damai". Akibatnya, denda tilang yang seharusnya masuk ke kas negara menjadi menguap karena praktik seperti itu. dampaknya kesadaran masyarakat unutk mentaati aturan lalu lintas pun sulit untuk diwujudkan.
Mari kita memberi komentar :
1. Ternyata bapak Gubernur Polisi mengetahui praktik-praktik suap dilapangan. Dengan kata lain praktik suap dengan istilah "damai" emang bukan hal yang rahasia alias tabu, saya yakin, dari Polisi yang masih kroco sampai para jenderal mengetahui dengan jelas hal ini.
2. Saya tidak yakin, dengan adanya tilang model baru ini, penegakan hukum dilapangan akan lebih baik. Ibarat tikus yang telah ditutup jalan masuk ke dapur, dia akan terus berusaha sekuat tenaga menggerogoti celah-celah yang bisa dilaluinya demi untuk mencuri makanan didapur. Nah, kita tunggu saja, kalo toh tilang model baru ini dijalankan, ehm.....percayalah kita harus tetap membawa uang untuk suap para polisi kita.
3. Rasanya sulit memberantas korupsi dinegeri ini.
"Prinsipnya dalam tilang model baru, bagaimana penegakan hukum bisa dilakukan secara sederhana, cepat dan murah. tidak seperti saat ini yang terlalu panjang sehingga membuat pelanggar lalu lintas mengambil jalan pintas dengan petugas di lapangan," ujar Gubernur PTIK Irjen Farouk Muhammad, disela-sela acara Semiloka.
Ia mengungkapkan model tilang yang berlaku saat ini dianggap terlalu birokratis dan prosesnya panjang sehingga menimbulkan biaya tinggi (costly). Kondisi tersebut kerap memunculkan praktik-praktik korupsi yang dilakukan petugas di lapangan dengan pelanggar lalu lintas dengan istilah yang sering digunakan adalah "damai". Akibatnya, denda tilang yang seharusnya masuk ke kas negara menjadi menguap karena praktik seperti itu. dampaknya kesadaran masyarakat unutk mentaati aturan lalu lintas pun sulit untuk diwujudkan.
Mari kita memberi komentar :
1. Ternyata bapak Gubernur Polisi mengetahui praktik-praktik suap dilapangan. Dengan kata lain praktik suap dengan istilah "damai" emang bukan hal yang rahasia alias tabu, saya yakin, dari Polisi yang masih kroco sampai para jenderal mengetahui dengan jelas hal ini.
2. Saya tidak yakin, dengan adanya tilang model baru ini, penegakan hukum dilapangan akan lebih baik. Ibarat tikus yang telah ditutup jalan masuk ke dapur, dia akan terus berusaha sekuat tenaga menggerogoti celah-celah yang bisa dilaluinya demi untuk mencuri makanan didapur. Nah, kita tunggu saja, kalo toh tilang model baru ini dijalankan, ehm.....percayalah kita harus tetap membawa uang untuk suap para polisi kita.
3. Rasanya sulit memberantas korupsi dinegeri ini.
Friday, November 26, 2004
Joki Penerimaan CPNS ?
Tanggal 24 November 2004, serentak diseluruh Indonesia (kecuali di Jawa Timur) diadakan ujian penerimaan CPNS daerah. Hampir 4,5 juta pelamar mengikuti test ini, memperebutkan kursi sekitar 200.ooo kursi saja (http://www.kompas.com/utama/news/0411/24/060521.htm). Suatu rasio yang sangat menakjubkan.
Ada kabar menarik dalam proses penerimaan CPNSD tahun ini, yaitu bahwa penerimaan CPNS berlangsung "murni". Saya sendiri kurang paham arti "murni" dalam penerimaan CPNS ini, tapi sebagian orang menterjemahkan bahwa penerimaan ini tidak lagi melalui calo atau membayar sejumlah tertentu untuk menyuap oknum tertentu agar diterima sebagai CPNS. Sangat berbeda dengan adat kebiasaan orang Indonesia yang hobi suap. Dan sangat berbeda dengan adat tahun-tahun sebelumnya.
OK lah, mungkin ini akibat pemerintahan baru, presiden baru, dan gebrakan baru yang dilakukan pemerintah negeri ini.
Tapi saya sendiri terlanjur "berburuk sangka" dengan para pejabat pemerintah. Barangkali benar, tidak ada proses suap dalam penerimaan ini, tapi pelaku-pelaku suap nampaknya masih "gatel" untuk menerima uang..
Istri saya kebetulan mengikuti ujian ini (di Kabupaten JEPARA). Dari informasi istri dan beberapa temen yang mengikuti ujian ini, saya menganalisis tetep terjadi ketidak jujuran dalam proses penerimaan ini. Salah satu yang sangat masygul adalah adanya peserta yang datang sekitar 10 - 15 menit SEBELUM waktu ujian berakhir, dan diijinkan petugas penjaga. Jelas-jelas menyalahi aturan. Dan udah gitu, dalam waktu 10 menit, lembar ujian bisa terisi penuh, lengkap, dan rapi.
Atau ada juga peserta yang membaca soal ujian dan jawaban dengan keras (dalam arti mengeluarkan suara yg dapat didengar), mengganggu peserta lain, tapi tidak ditegur petugas. Boleh jadi dia membawa microphone dan alat komunikasi kecil dan tersembunyi sehingga bisa berkomunikasi dengan tukang jawab.
Ehmm,,, mungkin kah ada per JOKI an di penerimaan CPNS ? (sebagai ganti ketatnya soal suap menyuap).
Ah.. jalan kotor memang selalu ada. Sialnya aku terlanjur berburuk sangka pada pejabat negeri ini, benarkah mereka mau merubah sifat suka suap, dan menghilangkannya hanya dalam 100 hari pertama pemerintahan SBY?
Rasanya sulit....
Sudahlah...jadikan saja korupsi dinegeri ini sebagai salah satu ciri khas bangsa indonesia yang bermartabat agung.
Ada kabar menarik dalam proses penerimaan CPNSD tahun ini, yaitu bahwa penerimaan CPNS berlangsung "murni". Saya sendiri kurang paham arti "murni" dalam penerimaan CPNS ini, tapi sebagian orang menterjemahkan bahwa penerimaan ini tidak lagi melalui calo atau membayar sejumlah tertentu untuk menyuap oknum tertentu agar diterima sebagai CPNS. Sangat berbeda dengan adat kebiasaan orang Indonesia yang hobi suap. Dan sangat berbeda dengan adat tahun-tahun sebelumnya.
OK lah, mungkin ini akibat pemerintahan baru, presiden baru, dan gebrakan baru yang dilakukan pemerintah negeri ini.
Tapi saya sendiri terlanjur "berburuk sangka" dengan para pejabat pemerintah. Barangkali benar, tidak ada proses suap dalam penerimaan ini, tapi pelaku-pelaku suap nampaknya masih "gatel" untuk menerima uang..
Istri saya kebetulan mengikuti ujian ini (di Kabupaten JEPARA). Dari informasi istri dan beberapa temen yang mengikuti ujian ini, saya menganalisis tetep terjadi ketidak jujuran dalam proses penerimaan ini. Salah satu yang sangat masygul adalah adanya peserta yang datang sekitar 10 - 15 menit SEBELUM waktu ujian berakhir, dan diijinkan petugas penjaga. Jelas-jelas menyalahi aturan. Dan udah gitu, dalam waktu 10 menit, lembar ujian bisa terisi penuh, lengkap, dan rapi.
Atau ada juga peserta yang membaca soal ujian dan jawaban dengan keras (dalam arti mengeluarkan suara yg dapat didengar), mengganggu peserta lain, tapi tidak ditegur petugas. Boleh jadi dia membawa microphone dan alat komunikasi kecil dan tersembunyi sehingga bisa berkomunikasi dengan tukang jawab.
Ehmm,,, mungkin kah ada per JOKI an di penerimaan CPNS ? (sebagai ganti ketatnya soal suap menyuap).
Ah.. jalan kotor memang selalu ada. Sialnya aku terlanjur berburuk sangka pada pejabat negeri ini, benarkah mereka mau merubah sifat suka suap, dan menghilangkannya hanya dalam 100 hari pertama pemerintahan SBY?
Rasanya sulit....
Sudahlah...jadikan saja korupsi dinegeri ini sebagai salah satu ciri khas bangsa indonesia yang bermartabat agung.
Friday, November 12, 2004
Lebara--- Libur --- asikkkkk
Taqobalallohu mina wa minkum,
Semoga alloh menerima ibadah ku dan ibadah kita sekalian, umat rosululloh SAW.
Berkenaan dengan hari iedul fitri ini, Imel dan keluarga ngucapin selamat berlebara, silaturahmi, makan ketupat dengan keluarga, wah..enak sekaleeee.
Moga-moga Alloh yang maha pengasih berkenan meridhoi ibadah kita semua. Blog imel akan mulai aktif lagi minggu depan.
Salam.
Semoga alloh menerima ibadah ku dan ibadah kita sekalian, umat rosululloh SAW.
Berkenaan dengan hari iedul fitri ini, Imel dan keluarga ngucapin selamat berlebara, silaturahmi, makan ketupat dengan keluarga, wah..enak sekaleeee.
Moga-moga Alloh yang maha pengasih berkenan meridhoi ibadah kita semua. Blog imel akan mulai aktif lagi minggu depan.
Salam.
Tuesday, November 09, 2004
Selamat Idull Fithri
Hampir semua orang (Indonesia) bergembira menyambut hari Raya Iedul Fithri. Bagaimana tidak, saat itu kita bisa berkumpul dengan seluruh anggota keluarga. Suatu pengalaman yang memang layak untuk disyukuri. Hikmah betapa ALloh SWT amat menyayangi umatnya. Dan lihatlah siapa sebenarnya yang sangat diuntungkan oleh Iedul Fithri ini : Pedagang, bakul, pemilik toko, yang bisa jadi, kebanyakan dari mereka adalah penganut non muslim. Sekali lagi, suatu hikmah, bahwa Islam adalah rohmatan lil alamin.
Kalo kita menengok ke masa baginda Rosul SAW. Ternyata beliau tidak cuma bergembira menyambut hari raya, tapi juga sekaligus sedih. Ya sedih karena ditinggal oleh bulan Ramadhan yang penuh barokah, penuh kasih sayang, penuh kemuliaan.
Bagaimana dengan kita? wallohu alam
Semoga alloh menerima semua amal ibadah kita selama ini, dan menjadikan kita hambanya yang bertakwa. Amin.
Kalo kita menengok ke masa baginda Rosul SAW. Ternyata beliau tidak cuma bergembira menyambut hari raya, tapi juga sekaligus sedih. Ya sedih karena ditinggal oleh bulan Ramadhan yang penuh barokah, penuh kasih sayang, penuh kemuliaan.
Bagaimana dengan kita? wallohu alam
Semoga alloh menerima semua amal ibadah kita selama ini, dan menjadikan kita hambanya yang bertakwa. Amin.
Wednesday, November 03, 2004
Susahnya Jadi PNS
Minggu-minggu ini, di daerahku, mungkin juga di Indonesia, lagi rame-rame penerimaan PNS baru. Kesempatan emas bagi mereka yang ingin menjadi abdi negara. Iseng-iseng aku ikut juga. Nambah pengalaman kerja : cari kerja.
Persyaratan yang dibutuhkan terkesan sepele : ktp, ijasah, kartu pencari kerja, foto. Bagi mereka yang pekerjaannya adalah mencari kerja, dokumen-dokumen tersebut tentu sudah ditangan, tinggal kirim, daftar, beres.
Nah istriku neh, kebetulan juga pengin jadi PNS, ingin ikut-ikutan daftar, tanpa memiliki semua dokumen tersebut. Ternyata, untuk mengurus dokumen tersebut pun.. perlu perjuangan ekstra berat. Mulai dari penyiapan pas foto terbaru, istriku pengin tampil sempurna, terpaksa pinjem baju kakak (jadi malu....), salon rias...wuih... ribet deh.
Selesai urusan foto, iseng-iseng lihat KTP, eh ternyata statusnya belum diupdate : masih lajang, lagi-lagi, karena pengin sempurna, diurus tuh KTP di Kecamatan, agar statusnya berubah : kawin. Nah untuk ngurus KTP aja.... susahnya minta ampun : harus ada surat dari RT, terus di Kelurahan, baru di Kecamatan. Enggak berhenti sampai disini, setelah KTP jadi, harus di fotokopi lagi, trus dilagalisasi...... ampun, capek banget. Pelajaran 1.
Pelajaran 2 :legalisasi ijasah (istriku menggunakan ijasah SMA). Antri lagi, ternyata temen seangkatan dia banyak juga yang tertarik jadi PNS (bakal nambah saingan...). Step ini dilalui dengan agak ringan, pihak SMA alhamdulillah bersikap cooperatif, thanks.
Pelajaran 3 = kasus terberat : membuat kartu pencari kerja di Dinas Tenaga Kerja kabupaten. Masya Alloh.... tidak mungkin dimuat dengan kata-kata. Ribuan orang pelamar, dengan 1 urusan, dan hanya sedikit pelayan. Perang, perang, perang!
Masih belum kapok : Pelajaran 4. Daftar di Pemda. Capek.
Hasilnya...
Kabarnya harus bayar 40 jt! untuk jadi PNS. Sakit.
Persyaratan yang dibutuhkan terkesan sepele : ktp, ijasah, kartu pencari kerja, foto. Bagi mereka yang pekerjaannya adalah mencari kerja, dokumen-dokumen tersebut tentu sudah ditangan, tinggal kirim, daftar, beres.
Nah istriku neh, kebetulan juga pengin jadi PNS, ingin ikut-ikutan daftar, tanpa memiliki semua dokumen tersebut. Ternyata, untuk mengurus dokumen tersebut pun.. perlu perjuangan ekstra berat. Mulai dari penyiapan pas foto terbaru, istriku pengin tampil sempurna, terpaksa pinjem baju kakak (jadi malu....), salon rias...wuih... ribet deh.
Selesai urusan foto, iseng-iseng lihat KTP, eh ternyata statusnya belum diupdate : masih lajang, lagi-lagi, karena pengin sempurna, diurus tuh KTP di Kecamatan, agar statusnya berubah : kawin. Nah untuk ngurus KTP aja.... susahnya minta ampun : harus ada surat dari RT, terus di Kelurahan, baru di Kecamatan. Enggak berhenti sampai disini, setelah KTP jadi, harus di fotokopi lagi, trus dilagalisasi...... ampun, capek banget. Pelajaran 1.
Pelajaran 2 :legalisasi ijasah (istriku menggunakan ijasah SMA). Antri lagi, ternyata temen seangkatan dia banyak juga yang tertarik jadi PNS (bakal nambah saingan...). Step ini dilalui dengan agak ringan, pihak SMA alhamdulillah bersikap cooperatif, thanks.
Pelajaran 3 = kasus terberat : membuat kartu pencari kerja di Dinas Tenaga Kerja kabupaten. Masya Alloh.... tidak mungkin dimuat dengan kata-kata. Ribuan orang pelamar, dengan 1 urusan, dan hanya sedikit pelayan. Perang, perang, perang!
Masih belum kapok : Pelajaran 4. Daftar di Pemda. Capek.
Hasilnya...
Kabarnya harus bayar 40 jt! untuk jadi PNS. Sakit.
Puasa - Mudik - Lebaran
Lama banget blog ini gak di update. Ngupdate apa ya...
Puasa aja deh. Disalah satu blog pernah aku baca posting tentang puasa. Katanya jika sesuatu dilakukan dengan cinta pekerjaan menjadi terasa ringan. Silakan anda baca selengkapnya di sini.
Saya jadi ingin ikutan khotbah neh... bole kan?
Puasa bagi sebagian orang (mungkin termasuk saya) terasa berat, menghambat dsb. Sehingga wajar jika beberapa kantor mempersempit jam kerja disaat bulan puasa. Alasan yang bisa diterima akal.
Namun...kadang terpikir olehku. Puasa (puasa ramadhan maksudnya) adalah PERINTAH TUHAN. Tuhan Alloh SWT Sang Maha Pencipta Manusia, tentulah memahami sekali karakter dan batas-batas kekuatan ciptaanNYA. Adalah mustahil catatan karakteristik makhluk manusia hilang dari database TUHAN. DIA paham betul. Logiskan?
Nah, Tuhan yang Maha Mengetahui Karakteristik, dan DIA pula yang memerintahkan, tentu ngerti betul batas-batas kekuatan manusia.
Jadi jika ada orang menggunakan alasan puasa untuk menurunkan kinerja, kayaknya aku gak gitu setuju lho. Atau... beberapa kawan saya yang mengkonsumsi puluhan suplemen selama puasa...aduh... seolah-olah puasa akan membuatnya jatuh sakit, loyo dsb. Kesannya seperti menghina TUHAN yang telah memerintahkan puasa.
Gimana pendapat sahabat?
Puasa aja deh. Disalah satu blog pernah aku baca posting tentang puasa. Katanya jika sesuatu dilakukan dengan cinta pekerjaan menjadi terasa ringan. Silakan anda baca selengkapnya di sini.
Saya jadi ingin ikutan khotbah neh... bole kan?
Puasa bagi sebagian orang (mungkin termasuk saya) terasa berat, menghambat dsb. Sehingga wajar jika beberapa kantor mempersempit jam kerja disaat bulan puasa. Alasan yang bisa diterima akal.
Namun...kadang terpikir olehku. Puasa (puasa ramadhan maksudnya) adalah PERINTAH TUHAN. Tuhan Alloh SWT Sang Maha Pencipta Manusia, tentulah memahami sekali karakter dan batas-batas kekuatan ciptaanNYA. Adalah mustahil catatan karakteristik makhluk manusia hilang dari database TUHAN. DIA paham betul. Logiskan?
Nah, Tuhan yang Maha Mengetahui Karakteristik, dan DIA pula yang memerintahkan, tentu ngerti betul batas-batas kekuatan manusia.
Jadi jika ada orang menggunakan alasan puasa untuk menurunkan kinerja, kayaknya aku gak gitu setuju lho. Atau... beberapa kawan saya yang mengkonsumsi puluhan suplemen selama puasa...aduh... seolah-olah puasa akan membuatnya jatuh sakit, loyo dsb. Kesannya seperti menghina TUHAN yang telah memerintahkan puasa.
Gimana pendapat sahabat?
Thursday, October 21, 2004
Jaman Edan (kah..?)
Benarkah kita memasuki Jaman Edan ?
Iseng-iseng aku cari info jaman edan di Internet, walhasil nemu juga, lengkap dengan serat Jongko Joyoboyo nya Ronggowarsito. Serat Jongko Joyoboyo (sebagian menulis dengan Jangka Jayabaya) adalah tulisan-tulisan hasil kontemplasi sangat dalam dari R. Ronggowarsito, seoran penulis, sastrawan, filsul, dan tokoh spiritual pada jaman Raja-raja, hidup di Surakarta (tahunnya aku lupa .......hehehheee).
Perenungan yang sangat dalam beliau mampu melewati dimensi ruang waktu : sehingga bisa “melihat” gambaran alam dunia ini di masa datang.
Berikut beberapa cuplikannya :
Yen bakal nemoni jaman:
akeh janji ora ditetepi,
wong nrajang sumpahe dhewe.
Manungsa padha seneng tumindak ngalah
tan nindakake ukum Allah.
Bareng jahat diangkat-angkat,
bareng suci dibenci.
Akeh manungsa ngutamakake reyal,
lali sanak lali kadang.
Akeh bapa lali anak,
anak nladhung biyunge.
Bahasa Indonesia nya kira-kira demikian :
Jika anda akan menemui jaman :
Banyak janji-janji enggak ditetapi
Orang-orang melanggar sumpahnya sendiri
Banyak orang suka sekali bertindak salah
Tanpa menunaikan hukum-hukum Allah.
Kejahatan diangkat dan dipuja-puji
Sementara tindakan suci dibenci
Orang-orang semakin materialistik
Lupa sanak Lupa saudara
Orang tua (Bapak) melupakan anaknya
Anak mengkhianati ibunya sendiri...
Ronggowarsito melukiskan jaman tersebut adalah Jaman Edan.
Sahabat, dibulan suci ini, mari kita merenungkan kajadian-kejadian di sekeliling kita. Bagaimana sebuah janji sangat mudah sekali terucap, tanpa pernah ada kenyataan. Atau jika kita sering membaca berita, betapa seorang anak tega mencelakai orang tua hanya karena alasan yang sepele....
Atau betapa harta telah menjadi dewa yang sangat dipuja.....
Benarkah kita telah memasuki Jaman Edan ? Atau bahkan kita aktor yang terlibat menciptakan Jaman Edan ? Atau ...inikah memang yang diinginkan Tuhan Yang Maha Mulia dengan ciptaanNya? Wallohu a’lam...
Bagaimana pendapat sahabat? Tidak gundahkah kita menghadapi semua ini?
Iseng-iseng aku cari info jaman edan di Internet, walhasil nemu juga, lengkap dengan serat Jongko Joyoboyo nya Ronggowarsito. Serat Jongko Joyoboyo (sebagian menulis dengan Jangka Jayabaya) adalah tulisan-tulisan hasil kontemplasi sangat dalam dari R. Ronggowarsito, seoran penulis, sastrawan, filsul, dan tokoh spiritual pada jaman Raja-raja, hidup di Surakarta (tahunnya aku lupa .......hehehheee).
Perenungan yang sangat dalam beliau mampu melewati dimensi ruang waktu : sehingga bisa “melihat” gambaran alam dunia ini di masa datang.
Berikut beberapa cuplikannya :
Yen bakal nemoni jaman:
akeh janji ora ditetepi,
wong nrajang sumpahe dhewe.
Manungsa padha seneng tumindak ngalah
tan nindakake ukum Allah.
Bareng jahat diangkat-angkat,
bareng suci dibenci.
Akeh manungsa ngutamakake reyal,
lali sanak lali kadang.
Akeh bapa lali anak,
anak nladhung biyunge.
Bahasa Indonesia nya kira-kira demikian :
Jika anda akan menemui jaman :
Banyak janji-janji enggak ditetapi
Orang-orang melanggar sumpahnya sendiri
Banyak orang suka sekali bertindak salah
Tanpa menunaikan hukum-hukum Allah.
Kejahatan diangkat dan dipuja-puji
Sementara tindakan suci dibenci
Orang-orang semakin materialistik
Lupa sanak Lupa saudara
Orang tua (Bapak) melupakan anaknya
Anak mengkhianati ibunya sendiri...
Ronggowarsito melukiskan jaman tersebut adalah Jaman Edan.
Sahabat, dibulan suci ini, mari kita merenungkan kajadian-kejadian di sekeliling kita. Bagaimana sebuah janji sangat mudah sekali terucap, tanpa pernah ada kenyataan. Atau jika kita sering membaca berita, betapa seorang anak tega mencelakai orang tua hanya karena alasan yang sepele....
Atau betapa harta telah menjadi dewa yang sangat dipuja.....
Benarkah kita telah memasuki Jaman Edan ? Atau bahkan kita aktor yang terlibat menciptakan Jaman Edan ? Atau ...inikah memang yang diinginkan Tuhan Yang Maha Mulia dengan ciptaanNya? Wallohu a’lam...
Bagaimana pendapat sahabat? Tidak gundahkah kita menghadapi semua ini?
Thursday, October 14, 2004
Siapakah Engkau Anak?
Penulis : Rudy Harahap (dari republika online)
Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan tanggungjawab keluarga (HR Abu Dawud)
Siapakah engkau sesungguhnya, nanda, yang hadir di dalam kehidupanku? Sungguh, di saat menyaksikan wajahmu di dalam tidurmu, aku selalu diusik pertanyaan tersebut. Di tengah temaram lampu tidur pada malam yang senyap, kusaksikan kelasakanmu siang tadi, kini menjadi keteduhan telaga. Keteduhanmu, sungguh, selalu mengirikan orangtua.
Hingga usiamu kembali menghampiri ulangtahunmu, aku masih belum mendapati jawaban pasti, dari manakah engkau berasal dan kini menemani kami? Memang, ilmu kedokteran telah memberikan penjelasan: anak lahir akibat pembuahan pada sel telur (ovum) perempuan. Tapi, seringkas itukah penjelasan kehadiranmu, ketika engkau menawarkan jutaan keajaiban? Tawa, canda, dan kicau muraimu bagai air sejuk di kerongkongan orangtua yang dahaga. Di saat engkau murung, maka muramlah dunia. Seperti warna-warni di dalam lukisanmu, begitulah maknamu di tengah keluarga.
Penjelasan medis gagal mendefinisikanmu. Ah, mungkin Rambiradrant Tagore dengan kebernasan pemikiran seorang filsuf, lebih tepat melukiskanmu ketika mengungkapkan, ''Setiap anak tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia.''
Sang filsuf mungkin terpesona, kehadiranmu yang menjadi regenerasi bagi kehidupan, menjadi simbol eksistensi manusia bersama peradabannya, di muka bumi. Dengan demikian, Tagore mengungkapkan, ''Tuhan belum jera dengan manusia'' sehingga manusia hingga kini masih menjadi khalifah di muka bumi.
Seperti Tagore, saya pun ingin memaknai kehadiranmu. Tapi saya enggan menjadi sang penyair Khalil Gibran yang mengungkapkan, ''Anakmu bukan anakmu tetapi anak dari kehidupan.'' Maka nanda, di tengah keteduhan wajahmu di saat terlelap, kutemukan makna: engkau hadir sebagai refleksi daripada sifat Allah yang maha pengasih dan penyayang, maha pemberi dan maha penjaga. Mungkin itulah pesan yang tergenggam di tanganmu yang mungil -- bukankah setiap anak yang lahir dengan tangan terkepal -- saat pertama hadir di bumi.
Dengan kehadiranmu di tengah keluarga, menyebabkan orangtua rela dipanggang terik, demi memeliharamu dari rasa lapar. Tiada pemberian yang terikhlas terkecuali kepada anak. Tiada kasih bertepi kecuali kepada anak. Kehadiranmu yang menggenggam pesan, menyebabkan orangtua menjadi penyayang, pemelihara, mengikuti sifat Allah. Nabi yang menjadi junjungan umat pun berpesan, Cintailah anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki (HR Arththahawi).
Seperti kisah para ulama, Nabi bersedia memperlama sujudnya karena ada seorang anak naik ke punggungnya. Dapat kubayangkan, Nabi memperlama sujud, karena sangat mengasihi anak. Tapi, di balik kisah itu, aku menghayati betapa seorang anak bersama kelasakannya, memberi bentuk pengajaran agar orangtua senantiasa memperlama sujud kepada-Nya. Bukankah engkau amanah? Baik atau buruk kehidupanmu menjadi tanggung jawab orangtua. Warisan bagi Allah 'Azza wajalla dari hambaNya yang beriman ialah puteranya yang beribadah kepada Allah sesudahnya (HR Arththahawi).
Nanda, di tengah keteduhan air mukamu ketika terpulas, aku membayangkan: bagaimanakah kehidupanmu di masa depan? Betapa keserakahan para orangtua, seringkali mengatasnamakan untuk menjagamu dari rasa lapar sehingga korupsi dan mengeksploitasi alam, membuatku gamang membayangkan masa depanmu. Transparency International mencatat, Indonesia merupakan negara terkorup kelima, di dunia (kubayangkan: wajah-wajah kalian tertekuk tanpa marwah sebagai bangsa yang telah menggadaikan harga diri di muka bumi).
Setiap anak tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia. Ah, Tagore memang benar, Tuhan belum jemu kepada manusia sehingga mengirimkan pesan melaluimu; mengepal tangan di saat dilahirkan. Tapi, kami para orangtua ini, justru seringkali abai kepada-Nya sehingga alpa menangkap pesan Tuhan di balik kelahiranmu. Sebagian daripada kami mendengus-dengus laiknya hewan yang diharamkan umat Islam (ah, betapa pengharaman untuk memakannya, semestinya tidak dimaknai memakan belaka tetapi meniru keserakahan sifatnya) menciptakan prahara di muka bumi. Padahal bukankah makna kehadiranmu merupakan pesan agar kasih-mengasihi, saling memelihara, dan tidak menaburkan kerusakan di muka bumi?
Ada juga di antara kami para orangtuamu, menerimamu hanya karena sesuai definisi kedokteran: kamu hadir akibat konsekuensi percintaan orangtua. Dengan demikian, mereka abai menangkap pesan bahwa kamu hadir sebagai refleksi sifat Allah terhadap hamba-Nya, sehingga hanya mengutamakan kebutuhan materimu. Tidak sedikit, bahkan, orangtua yang rela meninggalkamu: pergi jauh-jauh sekolah demi masa depannya, bukan mengutamakan memeliharamu sebagai ''warisan bagi Allah'' di hari kemudian.
Nanda, saat saya menulis ini di keheningan malam, hanya ditemani suara almarhum P Ramlee yang menyenandungkan tembang Anakku Sayali (tembang itu yang menidurkan ayah semasa kecil). Dengarlah: suaranya, suara cinta seorang ayah saat menyenandungkan andainya kami lah menyahut panggilan Ilahi, laguku biarlah ganti di jiwamu abadi. Betapa cinta P Ramlee (baca: orangtua) yang tidak bertepi, ingin abadi menembus ruang dan waktu melalui lagu, terhadap anaknya. Betapa agung cintanya kepada anak terutama ketika ia telah tiada.
Nanda, tembang P Ramlee itu, tembang cinta seorang ayah kepada anaknya, membuat air mataku merebak. Sungai kecil mengalir di pipi. Semestinya setiap orangtua seperti P Ramlee. Maka, maafkan nanda, bila masih ada orangtua yang tidak insyaf jika kehadiranmu merupakan jalan rohani untuk menghampiri-Nya. Maafkan nanda, bila ada orangtua yang tidak mampu menerima pesan di balik kepalan tangan seorang bayi yang tergenggam saat lahir, bahwa (pesan itu) agar kami para orangtua meneladani sifat Allah di muka bumi.
Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan tanggungjawab keluarga (HR Abu Dawud)
Siapakah engkau sesungguhnya, nanda, yang hadir di dalam kehidupanku? Sungguh, di saat menyaksikan wajahmu di dalam tidurmu, aku selalu diusik pertanyaan tersebut. Di tengah temaram lampu tidur pada malam yang senyap, kusaksikan kelasakanmu siang tadi, kini menjadi keteduhan telaga. Keteduhanmu, sungguh, selalu mengirikan orangtua.
Hingga usiamu kembali menghampiri ulangtahunmu, aku masih belum mendapati jawaban pasti, dari manakah engkau berasal dan kini menemani kami? Memang, ilmu kedokteran telah memberikan penjelasan: anak lahir akibat pembuahan pada sel telur (ovum) perempuan. Tapi, seringkas itukah penjelasan kehadiranmu, ketika engkau menawarkan jutaan keajaiban? Tawa, canda, dan kicau muraimu bagai air sejuk di kerongkongan orangtua yang dahaga. Di saat engkau murung, maka muramlah dunia. Seperti warna-warni di dalam lukisanmu, begitulah maknamu di tengah keluarga.
Penjelasan medis gagal mendefinisikanmu. Ah, mungkin Rambiradrant Tagore dengan kebernasan pemikiran seorang filsuf, lebih tepat melukiskanmu ketika mengungkapkan, ''Setiap anak tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia.''
Sang filsuf mungkin terpesona, kehadiranmu yang menjadi regenerasi bagi kehidupan, menjadi simbol eksistensi manusia bersama peradabannya, di muka bumi. Dengan demikian, Tagore mengungkapkan, ''Tuhan belum jera dengan manusia'' sehingga manusia hingga kini masih menjadi khalifah di muka bumi.
Seperti Tagore, saya pun ingin memaknai kehadiranmu. Tapi saya enggan menjadi sang penyair Khalil Gibran yang mengungkapkan, ''Anakmu bukan anakmu tetapi anak dari kehidupan.'' Maka nanda, di tengah keteduhan wajahmu di saat terlelap, kutemukan makna: engkau hadir sebagai refleksi daripada sifat Allah yang maha pengasih dan penyayang, maha pemberi dan maha penjaga. Mungkin itulah pesan yang tergenggam di tanganmu yang mungil -- bukankah setiap anak yang lahir dengan tangan terkepal -- saat pertama hadir di bumi.
Dengan kehadiranmu di tengah keluarga, menyebabkan orangtua rela dipanggang terik, demi memeliharamu dari rasa lapar. Tiada pemberian yang terikhlas terkecuali kepada anak. Tiada kasih bertepi kecuali kepada anak. Kehadiranmu yang menggenggam pesan, menyebabkan orangtua menjadi penyayang, pemelihara, mengikuti sifat Allah. Nabi yang menjadi junjungan umat pun berpesan, Cintailah anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki (HR Arththahawi).
Seperti kisah para ulama, Nabi bersedia memperlama sujudnya karena ada seorang anak naik ke punggungnya. Dapat kubayangkan, Nabi memperlama sujud, karena sangat mengasihi anak. Tapi, di balik kisah itu, aku menghayati betapa seorang anak bersama kelasakannya, memberi bentuk pengajaran agar orangtua senantiasa memperlama sujud kepada-Nya. Bukankah engkau amanah? Baik atau buruk kehidupanmu menjadi tanggung jawab orangtua. Warisan bagi Allah 'Azza wajalla dari hambaNya yang beriman ialah puteranya yang beribadah kepada Allah sesudahnya (HR Arththahawi).
Nanda, di tengah keteduhan air mukamu ketika terpulas, aku membayangkan: bagaimanakah kehidupanmu di masa depan? Betapa keserakahan para orangtua, seringkali mengatasnamakan untuk menjagamu dari rasa lapar sehingga korupsi dan mengeksploitasi alam, membuatku gamang membayangkan masa depanmu. Transparency International mencatat, Indonesia merupakan negara terkorup kelima, di dunia (kubayangkan: wajah-wajah kalian tertekuk tanpa marwah sebagai bangsa yang telah menggadaikan harga diri di muka bumi).
Setiap anak tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia. Ah, Tagore memang benar, Tuhan belum jemu kepada manusia sehingga mengirimkan pesan melaluimu; mengepal tangan di saat dilahirkan. Tapi, kami para orangtua ini, justru seringkali abai kepada-Nya sehingga alpa menangkap pesan Tuhan di balik kelahiranmu. Sebagian daripada kami mendengus-dengus laiknya hewan yang diharamkan umat Islam (ah, betapa pengharaman untuk memakannya, semestinya tidak dimaknai memakan belaka tetapi meniru keserakahan sifatnya) menciptakan prahara di muka bumi. Padahal bukankah makna kehadiranmu merupakan pesan agar kasih-mengasihi, saling memelihara, dan tidak menaburkan kerusakan di muka bumi?
Ada juga di antara kami para orangtuamu, menerimamu hanya karena sesuai definisi kedokteran: kamu hadir akibat konsekuensi percintaan orangtua. Dengan demikian, mereka abai menangkap pesan bahwa kamu hadir sebagai refleksi sifat Allah terhadap hamba-Nya, sehingga hanya mengutamakan kebutuhan materimu. Tidak sedikit, bahkan, orangtua yang rela meninggalkamu: pergi jauh-jauh sekolah demi masa depannya, bukan mengutamakan memeliharamu sebagai ''warisan bagi Allah'' di hari kemudian.
Nanda, saat saya menulis ini di keheningan malam, hanya ditemani suara almarhum P Ramlee yang menyenandungkan tembang Anakku Sayali (tembang itu yang menidurkan ayah semasa kecil). Dengarlah: suaranya, suara cinta seorang ayah saat menyenandungkan andainya kami lah menyahut panggilan Ilahi, laguku biarlah ganti di jiwamu abadi. Betapa cinta P Ramlee (baca: orangtua) yang tidak bertepi, ingin abadi menembus ruang dan waktu melalui lagu, terhadap anaknya. Betapa agung cintanya kepada anak terutama ketika ia telah tiada.
Nanda, tembang P Ramlee itu, tembang cinta seorang ayah kepada anaknya, membuat air mataku merebak. Sungai kecil mengalir di pipi. Semestinya setiap orangtua seperti P Ramlee. Maka, maafkan nanda, bila masih ada orangtua yang tidak insyaf jika kehadiranmu merupakan jalan rohani untuk menghampiri-Nya. Maafkan nanda, bila ada orangtua yang tidak mampu menerima pesan di balik kepalan tangan seorang bayi yang tergenggam saat lahir, bahwa (pesan itu) agar kami para orangtua meneladani sifat Allah di muka bumi.
Tuesday, October 12, 2004
Ketidak adilan boss - Keadilan Tuhan --
Malam Minggu, 9 Oktober 2004, datang ke rumah saya sahabat lama. Terpisah oleh jarak yang sangat panjang , dan rentang waktu yang sangat lama – lama sekali bahkan, maka kehadirannya jelas-jelas membawa keharuan tersendiri.
Ada apa gerangan sahabat tiba-tiba berkunjung tanpa komunikasi terlebih dahulu.
“Really fucking boss” katanya dengan bahasa inggris – satu-satunya kalimat bahasa inggris yang dia ketahui. Maklum dia emang bekerja di perusahaan wireless – dan beberapa kali mungkin bertemu dengan client luar negerinya, jadi ngerti dikit-dikit bahasa inggris.
Dia terus berkisah (tepatnya berkeluh kesah) mengenai kondisi kantor dan perilaku siempunya perusahaan (dia menyebut Boss). “Coba bayangkan mas...”lanjutnya” Ditempat kami, keringat ternyata lebih berharga dari otak”.
“Aku tidak tahu arti keadilan setelah bekerja disini” katanya masih dengan emosi yang sangat tinggi.
Ceritanya..kawan sejati saya ini lagi gundah gulana, berkaitan dengan lingkungan kerja, volume pekerjaan, dan segala sesuatu dikantornya, termasuk penghargaan terhadap prestasi kerja. Beliau berkisah tentang ketidak jelasan wewenang – tanggung jawab – dan job description yang samar. Dia mengerjakan “hampir” semuanya – mulai dari menyapu sampai berkomunikasi dengan client. Kawannya dia – dari divisi berbeda juga mengerjakan pekerjaan yang sama dia lakukan. Dan betapa kawannya akhirnya memutuskan untuk keluar dari kantor, karena kondisi ini. Ketidak jelasan – kesemrawutan dan ketidak adilan salary, ditambah perkataan terakhir dari bossnya benar-benar telah memicu otak kesadaran kemanusiaannya. Harga dirinya merasa tercobak-cabik, pekerjaannya – hasil otak encernya - ternyata tidak berharga sama sekali. Haruskan dia mengikuti jejak kawannya keluar dari kantor tersebut? Dia sedang gundah gulana. Hem... kemarahan dan kegundahan yang bisa diterima akal.
Saya katakan “ Mungkin antum perlu berdiskusi mengenai pekerjaan antum dengan boss anda”
“Percuma aja mas” katanya, “Kami sudah berusaha membuat job descriptions sedemikian rupa, sudah di usulkan ke atasan, memang usulan diterima, tapi pelaksanaan tidak sesuai dengan usulan”
“Boss selalu berpegang pada pasal 1 dan 2”
Aku mengerti pasal yang dia maksudkan. Kami berkesimpulan bahwa komunikasi kerja memang sudah tidak mungkin lagi dilakukan.
“Sahabat”, kataku, “marilah kita mawas diri sebelum melihat kesalahan orang lain” Tiap manusia memiliki kesalahan – itu pasti – tapi tiap orang juga sisi baiknya. Ketika anda berprasangka bahwa boss anda manusia paling tidak adil didunia, anda hanya melihat dari sisi buruknya. Ingatlah bahwa dia juga punya sisi baik – sekecil apapun. Kita harus menghargai itu sebagai salah satu bentuk penghargaan kita terhadap Tuhan.
Bahwa gaji yang anda terima tidak sesuai dengan ukuran anda....untuk sementara kita abaikan dulu. Kalkulasi mengenai ini akan terlalu panjang dan tidak akan mencapai titik temu.
Sahabat, marilah kita selalu ingat apa kata guru ngaji kita dulu. Bahwa rejeki adalah milik Alloh Yang Maha Pemberi Rejeki. Berapapun gaji yang anda terima – jika anda ikhlas dan anda dapatkan dengan cara-cara yang diperkenankan Tuhan, Insya akan lebih barokah dari pada milyaran rupiah yang didapatkan dengan cara yang dibenci Tuhan. Bahwa boss anda telah berlaku tidak adil, marilah semuanya kita serahkan kepada Yang Maha Adil. Keadilan Alloh Yang Maha Adil, tidak mungkin berbohong. Tuhan memiliki sendiri konsep keadilan ini, konsep kasih sayang dan aturan pemberian rejeki.
Malam semakin larut... sahabat saya nampaknya telah puas mencurahkan kegundahan. Memang Tuhanlah tempat sejati sandaran kita, Dia lah Maha Penyayang sejati.
Semoga Alloh senantiasa memberi anakku rejeki yang barokah. Amien...
Ada apa gerangan sahabat tiba-tiba berkunjung tanpa komunikasi terlebih dahulu.
“Really fucking boss” katanya dengan bahasa inggris – satu-satunya kalimat bahasa inggris yang dia ketahui. Maklum dia emang bekerja di perusahaan wireless – dan beberapa kali mungkin bertemu dengan client luar negerinya, jadi ngerti dikit-dikit bahasa inggris.
Dia terus berkisah (tepatnya berkeluh kesah) mengenai kondisi kantor dan perilaku siempunya perusahaan (dia menyebut Boss). “Coba bayangkan mas...”lanjutnya” Ditempat kami, keringat ternyata lebih berharga dari otak”.
“Aku tidak tahu arti keadilan setelah bekerja disini” katanya masih dengan emosi yang sangat tinggi.
Ceritanya..kawan sejati saya ini lagi gundah gulana, berkaitan dengan lingkungan kerja, volume pekerjaan, dan segala sesuatu dikantornya, termasuk penghargaan terhadap prestasi kerja. Beliau berkisah tentang ketidak jelasan wewenang – tanggung jawab – dan job description yang samar. Dia mengerjakan “hampir” semuanya – mulai dari menyapu sampai berkomunikasi dengan client. Kawannya dia – dari divisi berbeda juga mengerjakan pekerjaan yang sama dia lakukan. Dan betapa kawannya akhirnya memutuskan untuk keluar dari kantor, karena kondisi ini. Ketidak jelasan – kesemrawutan dan ketidak adilan salary, ditambah perkataan terakhir dari bossnya benar-benar telah memicu otak kesadaran kemanusiaannya. Harga dirinya merasa tercobak-cabik, pekerjaannya – hasil otak encernya - ternyata tidak berharga sama sekali. Haruskan dia mengikuti jejak kawannya keluar dari kantor tersebut? Dia sedang gundah gulana. Hem... kemarahan dan kegundahan yang bisa diterima akal.
Saya katakan “ Mungkin antum perlu berdiskusi mengenai pekerjaan antum dengan boss anda”
“Percuma aja mas” katanya, “Kami sudah berusaha membuat job descriptions sedemikian rupa, sudah di usulkan ke atasan, memang usulan diterima, tapi pelaksanaan tidak sesuai dengan usulan”
“Boss selalu berpegang pada pasal 1 dan 2”
Aku mengerti pasal yang dia maksudkan. Kami berkesimpulan bahwa komunikasi kerja memang sudah tidak mungkin lagi dilakukan.
“Sahabat”, kataku, “marilah kita mawas diri sebelum melihat kesalahan orang lain” Tiap manusia memiliki kesalahan – itu pasti – tapi tiap orang juga sisi baiknya. Ketika anda berprasangka bahwa boss anda manusia paling tidak adil didunia, anda hanya melihat dari sisi buruknya. Ingatlah bahwa dia juga punya sisi baik – sekecil apapun. Kita harus menghargai itu sebagai salah satu bentuk penghargaan kita terhadap Tuhan.
Bahwa gaji yang anda terima tidak sesuai dengan ukuran anda....untuk sementara kita abaikan dulu. Kalkulasi mengenai ini akan terlalu panjang dan tidak akan mencapai titik temu.
Sahabat, marilah kita selalu ingat apa kata guru ngaji kita dulu. Bahwa rejeki adalah milik Alloh Yang Maha Pemberi Rejeki. Berapapun gaji yang anda terima – jika anda ikhlas dan anda dapatkan dengan cara-cara yang diperkenankan Tuhan, Insya akan lebih barokah dari pada milyaran rupiah yang didapatkan dengan cara yang dibenci Tuhan. Bahwa boss anda telah berlaku tidak adil, marilah semuanya kita serahkan kepada Yang Maha Adil. Keadilan Alloh Yang Maha Adil, tidak mungkin berbohong. Tuhan memiliki sendiri konsep keadilan ini, konsep kasih sayang dan aturan pemberian rejeki.
Malam semakin larut... sahabat saya nampaknya telah puas mencurahkan kegundahan. Memang Tuhanlah tempat sejati sandaran kita, Dia lah Maha Penyayang sejati.
Semoga Alloh senantiasa memberi anakku rejeki yang barokah. Amien...
Monday, September 27, 2004
Mengurus Rumah Tanpa Pembantu
Hari ini, tepatnya tgl 24 September 2004, pembantu pulang - mendadak minta pulang ke kampung. Permintaan saya ijinkan, karena alasan keluarga yang memang sangat kuat.
Saat-saat awal ditinggal pembantu memang terasa sulit, apalagi yang memiliki anak kecil seperti kami (umur 13 bulan) apalagi kedua orang tua pergi mencari nafkah. Sebelum dan setelah berangkat kerja kami jadi ada pekerjaan extra dirumah, yang biasanya dilakukan oleh pembantu.
Kita kemudian berpikir bahwa keluarga memang segala-galanya. Bahkan kita bekerjapun karena alasan keluarga juga. Alasan yang kuat demikian ternyata mampu membangkitkan semangat bekerja - dirumah dan dikantor. Was-was memang selalu ada, terutama mengingat sikecil yang hampir selalu tidak mau ditinggal ortunya.
Tapi alhamdulillah, semoga Tuhan selalu menjaga anak kami, sampai saat ini Insya Alloh anak kami masih terawat dengan baik. Kami mendapat kemudahan menemukan perawat anak kami - kebetulan tetannga sendiri. Urusan selanjutnya saya percayakan kepada tetannga kami, dan semoga Tuhan senantiasa membimbing.
Memang niat bekerja penting --
Salam.
Saat-saat awal ditinggal pembantu memang terasa sulit, apalagi yang memiliki anak kecil seperti kami (umur 13 bulan) apalagi kedua orang tua pergi mencari nafkah. Sebelum dan setelah berangkat kerja kami jadi ada pekerjaan extra dirumah, yang biasanya dilakukan oleh pembantu.
Kita kemudian berpikir bahwa keluarga memang segala-galanya. Bahkan kita bekerjapun karena alasan keluarga juga. Alasan yang kuat demikian ternyata mampu membangkitkan semangat bekerja - dirumah dan dikantor. Was-was memang selalu ada, terutama mengingat sikecil yang hampir selalu tidak mau ditinggal ortunya.
Tapi alhamdulillah, semoga Tuhan selalu menjaga anak kami, sampai saat ini Insya Alloh anak kami masih terawat dengan baik. Kami mendapat kemudahan menemukan perawat anak kami - kebetulan tetannga sendiri. Urusan selanjutnya saya percayakan kepada tetannga kami, dan semoga Tuhan senantiasa membimbing.
Memang niat bekerja penting --
Salam.
Thursday, September 23, 2004
Tilang Polisi
Saat yang kurang baik.
Hari ini, penulis menuai "kecelakaan" yang seharusnya tidak terjadi : kena tilang! Tapi selalu ada pelajaran yang bisa diambil, atau bahkan ada kisah yang menarik untuk disimak berkenaan dengan tilang ini.
Pada umumnya selruh warga negara negeri ini sudah mafhum, bahwa razia polisi dijalan hanyalah sebagai kedok saja untuk mengumpulkan dana. (Walau dana ini bisa aja dijadikan untuk sesuatu tujuan yg baik - bisa jadi..). Jadi bukan sungguh-sungguh untuk mendisiplinkan pemakai jalan.
Seperti yang penulis alami hari ini, karena kebetulan kita punya "koneksi internal" dengan pihak yang melakukan razia, hanya dengan beberapa "dana" urusan menjadi beres. Penulis juga menyadari, betapa ruwetnya urusan, jika harus menempuh prosedur normal. Nah justru alasan inilah yg digunakan pihak perazia untuk "penggalangan dana massal". Sepintas memang menguntungkan kedua belah pihak, namun untuk jangka panjang negeri ini, hal-hal seperti ini akan semakin merunyamkan bangsa ini.
Hikmah kedua yang bisa diambil : percayalah kata hati. Ya..penulis merasa (firasat - suara hati), sebelum menjalankan kendaraan motor, bahwa dijalan X jam Y akan ada razia. Namun penulis berspekulasi, bahwa walaupun akan ada razia penulis bisa lolos - berbekal pengalaman selama ini, bahwa kendaraan penulis selalu "dicuekin" polisi, alias tidak pernah dicegat/diperiksa kelengkapannya saat melewati razia. Tapi karena "kesombongan" ini (atau PD berlebihan??) keadaan ternyata berlainan.
Yo wes lah....
Hari ini, penulis menuai "kecelakaan" yang seharusnya tidak terjadi : kena tilang! Tapi selalu ada pelajaran yang bisa diambil, atau bahkan ada kisah yang menarik untuk disimak berkenaan dengan tilang ini.
Pada umumnya selruh warga negara negeri ini sudah mafhum, bahwa razia polisi dijalan hanyalah sebagai kedok saja untuk mengumpulkan dana. (Walau dana ini bisa aja dijadikan untuk sesuatu tujuan yg baik - bisa jadi..). Jadi bukan sungguh-sungguh untuk mendisiplinkan pemakai jalan.
Seperti yang penulis alami hari ini, karena kebetulan kita punya "koneksi internal" dengan pihak yang melakukan razia, hanya dengan beberapa "dana" urusan menjadi beres. Penulis juga menyadari, betapa ruwetnya urusan, jika harus menempuh prosedur normal. Nah justru alasan inilah yg digunakan pihak perazia untuk "penggalangan dana massal". Sepintas memang menguntungkan kedua belah pihak, namun untuk jangka panjang negeri ini, hal-hal seperti ini akan semakin merunyamkan bangsa ini.
Hikmah kedua yang bisa diambil : percayalah kata hati. Ya..penulis merasa (firasat - suara hati), sebelum menjalankan kendaraan motor, bahwa dijalan X jam Y akan ada razia. Namun penulis berspekulasi, bahwa walaupun akan ada razia penulis bisa lolos - berbekal pengalaman selama ini, bahwa kendaraan penulis selalu "dicuekin" polisi, alias tidak pernah dicegat/diperiksa kelengkapannya saat melewati razia. Tapi karena "kesombongan" ini (atau PD berlebihan??) keadaan ternyata berlainan.
Yo wes lah....
Saturday, September 18, 2004
Keputusan Stratejik
Oleh : Masrakhul amri
Seperti biasa, Umar bin Khaththab tengah duduk bersila di tepi dinding bangunan masjid tempat berkumpulnya para sahabat. Mereka sedang mendiskusikan banyak hal yang menyangkut keagamaan dan kemasyarakatan. Ketika diskusi semakin seru dan menyenangkan, tiba-tiba menyebarlah bau busuk di antara mereka. Dengan tegas Umar berkata, "Aku ingin agar orang yang mengeluarkan bau tidak sedap ini keluar dan berwudhu." Mendengar perkataan itu, orang-orang yang sedang berkumpul di tempat itu saling berpandangan satu sarna lain. Mereka merasa tidak enak dengan perkataan Umar tersebut.
Saat itulah, Jarir bin Abdullah berkata, "Wahai Amirul Mukminin, alangkah baiknya jika kita semua sarna-sarna melakukan wudhu." Agar tidak diketahui siapa yang telah mengeluarkan bau tidak sedap itu. Sehingga, masing-masing dari kita tidak ada yang merasa tidak enak dan merasa malu. Mendengar itu, Umar tersenyum kagum, sambil berkata, "Semoga Allah memberkatimu! Engkau adalah sebaik-baik orang di zaman jahiliyah, dan engkau pun sebaik-baik orang setelah zaman Islam. Usulan Jarir diatas minimal mengandung tiga keputusan stratejik.
Pertama, diantara para sahabat tidak saling mencurigai, kalau misalnya tidak ada yang mengaku.
Kedua, kalau misalnya ada yang mengaku, berarti ada yang merasa malu dan ini melukai perasaannya juga membuat sahabat lain merasa tidak nyaman karena kasihan atau takut juga mengalami kejadian yang sama pada waktu berbeda.
Ketiga, ketika sama-sama berwudhu, maka rasa malu bagi yang mengeluarkan bau busuk (kentut) akan tertutupi sehingga semua sahabat sama-sama merasa nyaman, disamping itu semua sahabat akan mendapat pahalan karena memperbaharui wudhunya.
Kehidupan, memang penuh dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga dan memerlukan keputusan stratejik agar menguntungkan semua pihak dan menyebabkan hidup semakin produktif.
Sahabat .....,Berani hadapi tantangan untuk hidup berkemampuan membuat keputusan stratejik untuk diri dan lingkungan? Bagaimana pendapat sahabat!!!
Masrukhul Amri:Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, Pengasuh acara Hidup Untuk Hidup di 102.7 MQ FM,
Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional,
MBA-Main Bersama Amri di Manajemenqolbu.com,
dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung,
Penulis buku best Seller: 99 Seni Hidup Produktif dan Hidup Untuk Hidup.
Mottonya adalah mari sama sama belajar menjadi yang terbaik
amri@manajemenqolbu.com
Seperti biasa, Umar bin Khaththab tengah duduk bersila di tepi dinding bangunan masjid tempat berkumpulnya para sahabat. Mereka sedang mendiskusikan banyak hal yang menyangkut keagamaan dan kemasyarakatan. Ketika diskusi semakin seru dan menyenangkan, tiba-tiba menyebarlah bau busuk di antara mereka. Dengan tegas Umar berkata, "Aku ingin agar orang yang mengeluarkan bau tidak sedap ini keluar dan berwudhu." Mendengar perkataan itu, orang-orang yang sedang berkumpul di tempat itu saling berpandangan satu sarna lain. Mereka merasa tidak enak dengan perkataan Umar tersebut.
Saat itulah, Jarir bin Abdullah berkata, "Wahai Amirul Mukminin, alangkah baiknya jika kita semua sarna-sarna melakukan wudhu." Agar tidak diketahui siapa yang telah mengeluarkan bau tidak sedap itu. Sehingga, masing-masing dari kita tidak ada yang merasa tidak enak dan merasa malu. Mendengar itu, Umar tersenyum kagum, sambil berkata, "Semoga Allah memberkatimu! Engkau adalah sebaik-baik orang di zaman jahiliyah, dan engkau pun sebaik-baik orang setelah zaman Islam. Usulan Jarir diatas minimal mengandung tiga keputusan stratejik.
Pertama, diantara para sahabat tidak saling mencurigai, kalau misalnya tidak ada yang mengaku.
Kedua, kalau misalnya ada yang mengaku, berarti ada yang merasa malu dan ini melukai perasaannya juga membuat sahabat lain merasa tidak nyaman karena kasihan atau takut juga mengalami kejadian yang sama pada waktu berbeda.
Ketiga, ketika sama-sama berwudhu, maka rasa malu bagi yang mengeluarkan bau busuk (kentut) akan tertutupi sehingga semua sahabat sama-sama merasa nyaman, disamping itu semua sahabat akan mendapat pahalan karena memperbaharui wudhunya.
Kehidupan, memang penuh dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga dan memerlukan keputusan stratejik agar menguntungkan semua pihak dan menyebabkan hidup semakin produktif.
Sahabat .....,Berani hadapi tantangan untuk hidup berkemampuan membuat keputusan stratejik untuk diri dan lingkungan? Bagaimana pendapat sahabat!!!
Masrukhul Amri:Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, Pengasuh acara Hidup Untuk Hidup di 102.7 MQ FM,
Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional,
MBA-Main Bersama Amri di Manajemenqolbu.com,
dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung,
Penulis buku best Seller: 99 Seni Hidup Produktif dan Hidup Untuk Hidup.
Mottonya adalah mari sama sama belajar menjadi yang terbaik
amri@manajemenqolbu.com
Friday, September 17, 2004
Nasehat AA Gym mendidik anak
Anak adalah amanat Sang Pencipta pada orang tua, keluarga dan masyarakat. Ia harus dibimbing dan dipelihara sebagai aset masa depan. Wajah masa depan sebuah negeri dapat dilihat dari bagaimana kualitas anak-anak masa kini.
Saudaraku, yang namanya anak tidak sebatas anak kecil saja, tetapi juga remaja bahkan dewasa sepanjang mereka masih menjadi bagian dari tanggung jawab orang tuanya (baca: belum menikah). Permasalahan anak bukan permasalahan sepele karena menyangkut tanggung jawab kepada Allah Swt. sebagai Pemberi Amanah. Allah Swt. menjadikan anak sebagai ujian bagi kedua orang tuanya sekaligus sebagai anugerah penerus keturunan dan tabungan kebaikan manakala orang tuanya sudah meninggal.
Kedudukan anak sebagai ujian terjadi tatkala orang tua harus berhadapan dengan bagaimana cara memperlakukan, membina dan membimbingnya agar ia tumbuh menjadi bagian dari generasi unggul. Keunggulan di sini meliputi keunggulan secara moral, keilmuan serta fisiknya dan tidak menjadi generasi yang hanya membebani orang lain.
Tanggung jawab ini menjadi ladang bagi ibu-bapak dalam menanamkan akhlak yang baik sebagai landasan bertindak dan berprilaku ke depannya. Karena itu, Islam sangat menekankan arti penting hubungan positif antara anak dengan orang tuanya sebelum yang bersangkutan berhubungan baik kepada dirinya sendiri dan orang lain.
Saudaraku, yang namanya anak tidak sebatas anak kecil saja, tetapi juga remaja bahkan dewasa sepanjang mereka masih menjadi bagian dari tanggung jawab orang tuanya (baca: belum menikah). Permasalahan anak bukan permasalahan sepele karena menyangkut tanggung jawab kepada Allah Swt. sebagai Pemberi Amanah. Allah Swt. menjadikan anak sebagai ujian bagi kedua orang tuanya sekaligus sebagai anugerah penerus keturunan dan tabungan kebaikan manakala orang tuanya sudah meninggal.
Kedudukan anak sebagai ujian terjadi tatkala orang tua harus berhadapan dengan bagaimana cara memperlakukan, membina dan membimbingnya agar ia tumbuh menjadi bagian dari generasi unggul. Keunggulan di sini meliputi keunggulan secara moral, keilmuan serta fisiknya dan tidak menjadi generasi yang hanya membebani orang lain.
Tanggung jawab ini menjadi ladang bagi ibu-bapak dalam menanamkan akhlak yang baik sebagai landasan bertindak dan berprilaku ke depannya. Karena itu, Islam sangat menekankan arti penting hubungan positif antara anak dengan orang tuanya sebelum yang bersangkutan berhubungan baik kepada dirinya sendiri dan orang lain.
Manajemen Hati
Sepertinya hati kita harus ditata ulang. Ada nasehat sangat mulia bagaimana menata hati kita. Mari kita simak :
- Dalam sebuah hadits dinyatakan, pada suatu ketika datanglah seseorang kepada Ibnu Ma’ud r.a, sahabat Rasulullah saw, untuk meminta nasihat. Wahai Ibnu Mas’ud, “ujarnya“ "berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram.Jiwaku gelisah dan pikiran pun serasa kusut, makan tak enak, tidur pun tidak nyenyak.”
- Mendengar hal itu, Ibnu Mas’ud kemudian menasehatinya “Kalau penyakit seperti itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang membaca Al Qur’an, kau baca Al Qur’an atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya; atau pergilah ke majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah; atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian berkhalwatlah untuk menyembah-Nya, misalnya di tengah malam buta, ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, memohon ketenangan jiwa, ketentraman pikiran dan kemurnian hati kepada-Nya. Seandainya jiwamu belum terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain karena hati yang kau pakai itu bukanlah hatimu.
Thursday, September 16, 2004
Promosiin Blog & Web
Kayaknya topik promosiin web selalu menarik. Seneng juga jika blog kita dibaca banyak orang. Siapa tahu jadi lahan rejeki :).
Tips mempromosikan blog.
Blogger Knowledge
Tips mempromosikan blog.
Blogger Knowledge
Wednesday, September 15, 2004
Subscribe to:
Posts (Atom)